Senin, 19 Oktober 2009

Pidato Lahore

Selama dalam perkara yang berlarut-larut di Gurdaspur, Hazrat ahmad as. pernah melakukan perjalanan penting. Pertama pada bulan Agustus 1904, beliau as. pergi ke Lahore untuk 15 hari lamanya. Orang datang berduyun-duyun untuk menjenguk beliau as.. Setiap hari di dekat tempat tinggal beliau, orang-orang pada berkumpul ramai. Para musuh beliau pun datang untuk membuat keributan dan mencaci maki beliau. Ada seseorang yang lolos menembus dan masuk ke dalam rumah, sehingga terpaksa dikeluarkan dengan cara kekerasan.

Atas permintaan saudara-saudara di Lahore, Hazrat Ahmad as. menyusun sebuah pidato yang kemudian dicetak dalam bentuk buku. Pidato ini dibacakan oleh Hz. Mlv. Abdul Karim Sialkoti dalam sebuah pertemuan besar yang dihadiri oleh sekitar 8000 orang. Hazrat Ahmad as. sendiri hadiir pada acara itu. Setelah selesai dibacakan, hadirin minta supaya beliau as. juga menyampaikan beberapa ucapan dari mulut suci beliau sendiri. Oleh karena itu Hazrat Ahmad as. berdiri dan berbicara dengan ringkas selama setengah jam.

Pengalaman yang berulang-ulang telah menyatakan bahwa di setiap tempat yang beliau as. kunjungi, orang-orang dari berbagai agama -- terutama dari kalangan yang menamakan diri sebagai Muslim -- bangkit untuk melawan dan memperlihatkan kebencian mereka pada Hazrat Ahmad as.. Maka para pejabat polisi telah mengatur dengan sebaik-baiknya. Polisi pribumi maupun polisi Eropa dengan senjata lengkap telah mengawal acara itu. Pejabat Polisi telah mendapat kabar terlebih dahulu bahwa beberapa orang yang tidak bertanggung jawab telah berkumpul di luar tempat pertemuan, sengaja untuk menimbulkan keributan. Maka polisi pun telah mengatur kepulangan beliau secara khusus dengan selamat. Di bawah pengawalan yang ketat, di depan dan di belakang serta di tengah-tengah kendaraan, Hazrat Ahmad as. pulang ke tempat beliau menetap. Orang-orang berniat jahat itu tidak berhasil melaksanakan apa yang mereka rencanakan. Dari sana Hazrat Ahmad as. kembalii lagi ke Gurdaspur.
Pidato Sialkot

Pada akhir Oktober 1904, Hazrat Ahmad as. mendapat sedikit kelonggaran dari urusan perkara di Gurdaspur untuk pulang ke Qadian. Pada tanggal 27 Oktober 1904, beliau berangkat ke Sialkot atas permintaan saudara-saudara Ahmadi disana. Mereka mengemukakan bahwa dahulu ketika masih muda beliau pernah beberapa tahun tinggal di Sialkot, maka sekarang pun setelah mendapat kemajuan yang begitu mulia, beliau dimohon mengunjungi tempat itu untuk memberkatinya.

Perjalanan ini pun membuktikan kemenangan Hazrat Ahmad as.. Di setiap stasiun, luar biasa banyaknya orang yang berkumpul untuk menjumpai beliau. Begitu banyaknya masa sehingga begitu sulit dikendalikan oleh petugas stasiun. Di stasiun Lahore karcis masuk ke stasiun habis sama sekali, dan terpaksa kepala stasiun mengizinkan orang-orang masuk tanpa karcis.

Ketika Hazrat Ahmad as. tiba di Sialkot, mulai dari stasiun sampai ke tempat penginapan beliau, lebih satu pal panjangnya penuh sesak oleh khalayak ramai yang ingin menyaksikan kedatangan beliau as.. Kereta api tiba di stasiun hampir malam, dan karena banyaknya penumpang yang mencari kendaraan untuk pergi ke tempat masing-masing, maka beliau as. terlambat. Dan kendaraan beliau aas. baru jalan sedikit, malam sudah gelap betul. Karena banyaknya orang dan kegelapan malam -- dikhawatirkan ada yang dapat tergilas roda kendaraan -- maka polsi mengambil tindakan penertiban yang perlu, untuk melapangkan jalan agar kendaraan beliau as. dapat berjalan dengan lancar.

Seorang hartawan dari Sialkot disertai seorang jaksa ditetapkan untuk menjalankan kewajiban-kewajiban tersebut, dan mereka mengatur jalan-jalan dengan susah payah. Kendaraan-kendaraan pun jalan dengan sangat perlahan, dan jendela-jendelanya dibiarkan terbuka. Jalanan di kiri kanan penuh oleh manusia, dan banyak pula yang tidak dapat tempat berdiri sehingga terpaksa naik ke atap-atap rumah dan jendela.
Orang-orang Hindu dan Muslim menunggu-nunggu kedatangan Hazrat Ahmad as. Dengan menyalakan lampu-lampu malam itu. Banyak yang menggunakan obor besar untuk melihat wajah beliau as.. Dan ada pula yang menaburkan bunga kepada beliau as..

Di Sialkot, Hazrat Ahmad as tinggal selama 5 hari. Dan selain tabligh kepada orang-orang yang datang menjumpai beliau di rumah, beliau as. mengadakan pidato dalam pertemuan terbuka. Ketika berita tentang pidato tersebut disiarkan, maka para ulama di Sialkot pun berusaha keras agar masyarakat menambahkan fatwa: barangsiapa mendengarkan pidato beliau as. maka nikahnya akan batal.

Para ulama itu tidak berhenti sampai disitu saja, malah mereka mengumumkan akan menyelenggarakan ceramah-ceramah tandingan dari beberapa ulama di depan bangunan tempat Hazrat Ahmad as. akan menyampaikan pidato beliau as. dan tertahan di luar saja. Selain itu ditugaskan pula beberapa orang dipintu-pintu tempat rapat itu untuk melarang orang-orang masuk dan menjelaskan bahwa mendengarkan pidato Hazrat Ahmad as. adalah dosa.

Memang ada yang benar-benar dipaksa agar pergi ke tempat para ulama itu berpidato. Meskipun demikian, ketika mendengar kabar Hazrat Ahmad as. telah tiba di tempat yang telah ditentukan, maka banyak orang yang lari meninggalkan pidato para ulama tersebut, lalu masuk mendengarkan pidato yang disampaikan oleh Hazrat Ahmad as. sehingga para pegawai pemerintah yang pada hari itu tidak cuti sekali pun, telah merasa perlu menghadiri pidato beliau as. atas kemauan mereka sendiri.

Pidato Hazrat Ahmad as. tersebut telah dicetak dalam bentuk buku dan dibacakan oleh Hz. Mlv. Abdul Karim Sialkoti. Ada juga beberapa orang yang hendak menimbulkan keributan ketika pidato dibacakan, tetapi seorang pejabat polisi Eropa dapat mengendalikan mereka dengan bijaksana. Pejabat itu menjelaskan :

"Orang-orang Islam tidak perlu gelisah atau gusar atas pidato Mirza Ghulam Ahmad. Karena, pidato ini adalah untuk membela agama Islam serta untuk memuliakan Nabi Muhammad. Justru orang-orang Kristen lah yang berhak untuk merah dan gusar hati, karena pidato-pidato Mirza Ghulam Ahmad ini menyatakan bahwa Tuhan orang Kristen (Jesus) telah wafat."

Pendeknya, karena kecakapan polisi, tidak ada keributan maupun huru-hara yang timbul. Satu hal yang istimewa dalam pidato ini adalah, pertama kali Hazrat Ahmad as.menyatakan diri sebagai Khrisna untuk menyempurnakan keterangan-keterangan bagi orang-orang Hindu.

Sesudah pidato itu, ketika Hazrat Ahmad as. menuju ke tempat tinggal beliau as., ada beberapa orang yang hendak melemparkan batu. Tetapi kejadian itu pun dapat dicegah oleh poliisi. Begitu pula pada hari kedua, ketika beliau as. berangkat pulang dari Sialkot, karena upaya polisi, tidak ada kejadian yang buruk. Orang-orang yang ingin memudaratkan beliau as. tidak mendapat kesempatan. Lalu beberapa orang dari mereka pergi ke pinggir kota di tepi rel kereta api, dan melempari kereta api itu dengan batu. Tetapi selain beberapa kaca yang pecah, tidak ada seorang pun yang terluka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar