Senin, 19 Oktober 2009

Pendakwaan Diri Sebagai Masih Mau'ud

Tetapi pada tahun 1891 telah terjadi suatu perubahan yang amat besar. Yakni Hazrat Ahmad as. diberi ilham oleh Allah Ta’ala bahwasanya Nabi Isa as. yang ditunggu-tunggu kedatangannya kedua kali kali itu telah wafat dan tidak akan datang lagi ke dunia ini.

Kedatangan Nabi Isa kedua, adalah orang lain yang akan datang dengan sifat dan cara seperti Nabi Isa as., yaitu Hazrat Ahmad as. sendiri orangnya.

Ketika hal ini telah betul-betul jelas, dan ilham Ilahi berulang-ulang menyatakan supaya beliau as. mengumumkannya, maka mulailah beliau as. menjalankan kewajiban yang baru dan suci ini. Ilham tersebut turun ketika beliau as. berada di Qadian, lalu beliau menerangkan kepada anggota keluarga beliau bahwa kini beliau telah diserahi suatu kewajiban yang akan menimbulkan perlawanan dari orang-orang.

Setelah itu Hazrat Ahmad as. pergi ke Ludhiana, dan pada tahun 1891 mengumumkan pendakwaan sebagai Masih Mau'ud (Isa yang dijanjikan) melalui sebuah selebaran.
Awal Timbulnya Pergolakan dan Penentangan

Pengumuman itu tersiar secepat kilat, dan di seluruh India timbul perlawanan serta kehebohan yang sangat hebat terhadap pendakwaan tersebut. Para alim ulama yang dahulu simpatik dan memuji, kini serentak berdiri menentang beliau as. Mlv Muhammad Hussein Batalwi yang dahulu dalam majalahnya Isyaatus Sunnah sangat memuji Hazrat Ahmad as., kini menggunakan segala kekuatannya untuk menentang beliau as. Dengan sombong dia berkata:

"Saya yang dahulu telah memajukan orang ini, maka saya lah sekarang yang akan menjatuhkannya. Yakni, dahulu karena pertolongan dan pujian dari saya lah orang ini mendapat kehormatan, dan sekarang saya akan menentangnya dengan gigih, sampai orang ini akan dibenci dan dihina orang-orang."

Mlv. Muhammad Hussein Batalwi bersama beberapa ulama lainnya pergi ke Ludhiana menantang Hazrat Ahmad as. untuk berdebat. Hal itu diterima oleh beliau as.. Tetapi dalam perdebatan itu, pihak mereka memakai bermacam cara untuk mengacau, sehingga acara itu gagal. Oleh karena keributan dan kekacauan tersebut, pihak yang berwajib memerintahkan Mlv. Muhammad Hussein Batalwi agar meninggalkan kota Ludhiana pada hari itu juga.

Untuk menghindari suasana yang tidak diinginkan, Hazrat Ahmad as. pun pergi ke Amritsar, dan setelah seminggu beliau kembali ke Ludhiana. Satu minggu beliau menetap disana, kemudian kembali ke Qadian. Beliau as. tinggal di Qadian untuk beberapa lama, kemudian pergi ke Ludhiana lagi untuk beberapa hari. Dari sana beliau terus ke Delhi.
Perdebatan Delhi

Hazrat Ahmad as. tiba di Delhi pada tanggal 27 September 1891. Pada waktu itu Delhi dipandang sebagai pusat ilmu pengetahuan di seluruh India. Dan pihak lawan lebih dahulu telah menghasut penduduk Delhi menentang beliau as.. Maka dengan kedatangan beliau timbulah suatu keributan dan kegoncangan yang hebat. Para ulama menantang Hazrat Ahmad as. berdebat. Akhirnya mereka secara sepihak telah menetapkan Maulvi Nazir Hussein, tokoh Ahli-Hadis, akan berdebat dengan Hazrat Ahmad as. di Masjid Jami' Delhi. Sedangkan hal itu tidak diberitahukan kepada Hazrat Ahmad as..

Pada waktunya, datanglah Hakim Abdul Majid membawa kendaraan supaya Hazrat Ahmad as. berangkat ke Masjid Jamii' untuk perdebatan itu. Hazrat Ahmad as. menjawab:

"Dalam keributan dan kekacauan yang begini hebat, jika belum ada pengawalan yang lengkap dari pemerintah, saya tidak dapat pergi ke tempat perdebatan itu. Lagi pula, masalah perdebatan serta syarat-syaratnya seharusnya telah dimusyawarahkan terlebih dahulu dengan saya juga."

Atas jawaban ini, para penentang semakin ribut. Oleh karena itu, Hazrat Ahmad as. mengumumkan:

"Baiklah, Mlv. Nazir Hussein Delwi menyatakan dengan sumpah di Masjid Jami', bahwa menurut ayat-ayat Al-Quran Nabi Isa as. masih hidup dan sampai sekarang belum wafat. Setelah sumpah itu, jika dalam tempo satu tahun Mlv. Nazir Hussein tidak mendapat suatu siksaan dari langit, maka boleh lah saya dianggap sebagai pendusta dan saya akan membakar seluruh buku saya."

Untuk hal itu Hazrat Ahmad as. telah pula menetapkan hari dan tanggalnya. Permintaan tersebut sangat menggelisahkan murid-murid Mlv. Nazir Hussein, dan mereka berupaya dengan berbagai cara untuk menghalangi persumpahan itu. Tetapi masyrakat umum mendesak Mlv. Nazir Hussein agar bersumpah bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah dusta dalam pendakwaanya.

Pada waktu itu rakyat jelata berduyun-duyun berkumpul di Masjid Jami' Delhi. Banyak orang memberi pandangan agar Hazrat Ahmad as. tidak usah pergi ke tempat itu, sebab diri beliau as. terancam dan mungkin timbul bahaya bagi diri beliau. Tetapi Hazrat Ahmad as beserta 12 orang sahabat beliau pergi juga ke tempat itu (Nabi Isa Israili dahulu juga mempunyai 12 orang sahabat/hawariyin, dan pada kejadian ini Hazrat Ahmad as. pun ditemani oleh 12 orang sahabat beliau).

Bagian luar dan dalam Masjid Jamii' Delhi telah penuh sesak oleh massa, bahkan di tangga-tangga luar pun penuh dengan khalayak ramai. Dalam kerumunan puluhan ribu orang itu -- yang sebagian besar berkumpul karena kebencian terhadap Hazrat Ahmad as. -- telah naik darah dan gelap mata. Beliau as. dengan beberapa sahabat itu berjalan terus melalui kerumunan masa sampai ke tempat imam dalam masjid itu, dan beliau pun duduk disana. Seorang perwira polisi dengan seratus orang pasukannya telah berada di tempat untuk menjaga ketenteraman dan keamanan. Dari antara hadirin banyak pula yang membawa batu untuk melempar Hazrat Ahmad as..

Demikianlah Masih Mau'ud yang sekarang ini, seperti halnya Masih Israili dahulu juga terancam oleh para ulama dan pendeta. Hanya saja Masih Mau'ud as. ini bukan disalibkan, melainkan akan dirajam dengan batu-batuan.

Dalam perdebatan itu pihak lawan menderita kekalahan. Tidak ada yang mau memperbincangkan masalah kewafatan Nabi Isa as.. Demikian pula Mlv. Nazir Hussein atau orang lainnya tidak berani bersumpah seperti yang dimintakan. Seorang advokat dari Aligarh bernama Khwaja Muhammad Yusuf, telah menerima tulisan iktikad dan pendirian Hazrat Ahmad as. yang akan dibacakannya di hadapan umum. Tetapi para ulama yang telah menyebarkan fitnah -- bahwa Hazrat Ahmad as. tidak mempercayai Al-Quran, Hadis dan Junjungan Nabi Muhammad saw.-- mereka takut bila tipu muslihat dan fitnah mereka itu terbongkar. Maka mereka terus menghasut, supaya masyarakat umum jangan sampai mendengarkan iktikad dan pendirian Hazrat Ahmad as. yang sebenarnya.

Atas hasutan mereka timbul-lah keributan dan kekacauan besar, sehingga Khwaja Muhammad Yusuf tidak dapat membacakan tulisan itu. Oleh karena keadaan begitu gawat, perwira polisi memberi peringatan untuk membubarkan pertemuan, dan melarang mengadakan perdebatan pada waktu itu. Polisi mengantar Hazrat Ahmad as. sampai ke luar pintu mesjid, dan ketika menunggu kendaraan, banyak orang berkumpul hendak membuat keributan. Lalu beliau as. naik kendaraan untuk pulang, dan polisi membubarkan massa yang ada.

Kemudian pada kesempatan lain, masyarakat Delhi memanggil Maulvi Muhammad Bashir dari Bhopal untuk mengadakan perdebatan dengan Hazrat Ahmad as., dan pesan perdebatan itu telah dicetak juga. Beberapa hari setelah itu Hazrat Ahmad as. kembali ke Qadian. Setelah beberapa bulan, pada tahun 1891 itu juga, beliau as. berangkat ke Lahore dan mengadakan suatu perdebatan dengan Maulvi Abdul Hakim Kalanauri. Kemudian beliau melanjutkan perjalanan ke Sialkot, lalu terus ke Jallandar dan Ludhiana. Dari sana beliau as. kembali ke Qadian.
Perdebatan Dengan Pihak Kristen

Pada tahun 1893 berlangsung perdebatan antara Hazrat Ahmad as. dengan Abdullah Atham yang mewakili pihak Kristen. Perdebatan ini diadakan di Amritsar dan berlangsung selama 15 hari, sedangkan hasil perdebatan ini dicetak dalam bentuk buku dengan judul Jangg-e-Muqaddas. Dalam perdebatan ini pihak yang melawan Hazrat Ahmad as. mengalami kekalahan seperti perdebatan-perdebatan lainnya. Perdebatan ini berlangsung secara tertulis. Kedua belah pihak duduk berhadapan satu sama lain dan menulis jawaban-jawabannya. Tulisan-tulisan itu yang kemudian dicetak dalam bentuk buku. Dampaknya, perdebatan tersebut sangat baik dan menyenangkan. Dalam perdebatan itu ternyata kadang-kadang pihak Kristen sama sekali tidak dapat menjawab argumentasi-argumentasi yang dipaparkan oleh Hazrat Ahmad as.. Bahkan kadangkala mereka berputar lidah dan merubah pendirian mereka, serta menggunakan kata-kata kasar yang tidak pada tempatnya.

Hazrat Ahmad as. telah mengemukakan suatu cara baru dalam ilmu kalaam, bahwa tiap pihak harus mengemukakan pendakwaan dan keterangan-keterangan tentang kebenaran agamanya dari kitab suci masing-masing. Dalam perdebatan itu, terjadi pula suatu kejadian aneh yang menggambarkan keunggulan dan kecerdasan Hazrat Ahmad as.. Meski pun hal yang dibahas adalah lain, tetapi untuk menghinakan beliau as. pihak Kristen telah mengumpulkan orang-orang buta, pincang dan cacat yang dihadapkan kepada Hazrat Ahmad as..

Pada saat berlangsung perdebatan, mereka mengatakan : "Jika betul Tuan sebagai Isa yang dijanjikan, cobalah Tuan sembuhkan orang-orang yang buta, pincang dan cacat ini. Sebab Isa yang dahulu dapat menyembuhkan orang-orang sakit semacam ini."

Permintaan orang-orang Kristen tersebut sangat mengherankan para hadirin. Dan tiap mereka ingin mendengarkan jawaban darii Hazrat Ahmad as.. Orang-orang Kristen pun merasa gembira, karena menganggap permintaan tersebut tidak akan dapat dijawab oleh Hazrat Ahmad as.. Tetap ketika beliau as. menjawab permintaan itu, maka segala kegembiraan mereka lenyap, berobah menjadi kekalahan. Semua orang merasa puas dan memuji jawaban yang jitu dari Hazrat Ahmad as.. Beliau as. menerangkan :
"Menyembuhkan orang-orang sakit semacam itu, adalah tersebut di dalam Injil. Sedangkan kami tidak mempercayai hal-hal demikian. Menurut pendapat kami, mukjizat Nabi Isa as. terjadi di dalam cara dan bentuk yang lain. Injil menyatakan bahwa Nabi Isa as. dapat menyembuhkan penyakit-penyakit zahir dalam badan manusia hanya dengan mengusap-usapkan tangan saja, tanpa menggunakan obat-obatan serta doa. Begitu pun dalam Injil dinyatakan bahwa kalau kamu mempunyai iman walau sebesar biji sawi sekali pun, maka kamu akan dapat melakukan pekerjaan yang lebih ajaib dari ini. Orang-orang sakit semacam ini, bukanlah pihak Kristen yang harus menyodorkannya kepada kami. Justru kami lah yang harus menyodorkannya kepada orang-orang Kristen. Maka orang-orang sakit yang telah dikumpulkan ini, kami serahkan kembali kepada pihak Kristen, dengan mengatakan bahwa jika tuan-tuan memiliki keimanan sebedar biji sawi sekali pun, cobalah dengan hanya meletakkan tangan pada mereka sembuhkanlah orang-orang sakit ini. Jikalau orang-orang sakit ini baik dan sembuh, maka kami akan percaya bahwa Tuan-tuan tidak dapat membuktikan dan menyempurnakan pendirian yang kalian paparkan sendiri, maka bagaimana mungkin kami akan dapat meyakini kebenaran Tuan-tuan?"

Jawaban Hazrat Ahmad as. ini sangat membingungkan orang-orang Kristen dan mereka tidak dapat menjawab apa-apa lagi, serta mengalihkan pembicaraan kepada hal-hal lain.
Permohonan Libur Umum Pada Hari Jumat

Tidak berapa lama sesudah itu, Hazrat Ahmad as. pergi ke Ferozpur. Pada semua perjalanan ini, di tiap-tiap tempat beliau as selalu disulitkan orang melalui lisan maupun tulisan. Mereka berusaha mencelakakan beliau.

Pada tanggal 1 Januari 1896, Hazrat Ahmad as. memulai suatu upaya baru berkaitan dengan shalat Jumat, untuk menjunjung kehormatan serta peraturan Islam. Beliau mengajukan permohonan kepada pemerintah untuk menetapkan hari Jumat sebagai hari libur. Sayang pada waktu itu di kalangan umat Islam sendiri sudah banyak timbul perselisihan tentang shalat Jumat. Banyak yang menetapkan berbagai macam syarat tentang boleh atau wajib diadakannya shalat Jumat. Bahkan banyak yang sudah tidak mengerjakan shalat Jumat lagi.

Upaya Hazrat Ahmad as. menghidupkan kembali shalat Jumat dan agar pemerintah menetapkan Jumat sebagai hari libur, adalah satu tanda kebenaran beliau as. yang amat jelas. Sebelum beliau menyampaikan permohonan itu pada pemerintah, para ulama telah menentang dan hendak mengambil alih urusan tersebut. Hazrat Ahmad as. bekerja semata-mata demi Allah dan bukan untuk mendapatkan pujian manusia. Tujuan beliau hanya ingin mengkhidmati dan menegakkan agama Allah semata, tidak peduli siapa pun yang menyelesaikannya.

Atas permintaan MLv. Muhammad Hussein Batalwi, Hazrat Ahmad as. mengumumkan bahwa jika Mlv. Muhammad Hussein mau, ia boleh menyelesaikan urusan libur hari Jumat itu. Sangat disayangkan, Mlv. Muhammad Hussein dengan cara demikian telah mengulur-ulur urusan yang baik itu. Namun anjuran beliau as. ini adalah anjuran Ilahi, dan pekerjaan baik ini akhirnya dilaksanakan sendiri oleh jemaat belaiu as.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar